Membaca Novel Ai En Yu Gratis | Novel Jomblo Juga Manusia Episode 1

Membaca Novel Ai En Yu Gratis | Novel Jomblo Juga Manusia Episode 1 - Hai sahabat Ai En Yu, berikut ini ada Episode 1 dari Novel Jomblo Juga manusia. Selamat Membaca.


1. Do’a Para Jomblo
 .
Malam Minggu hadir. Kalian tahu kan bahwa malam minggu adalah malam dimana insan dengan darah merah muda tengah khidmat tertawa ria bersama pasangan hati mereka. Menghabiskan malam panjang bertemankan perbincangan yang tak pernah habisnya. Samahalnya seperti malam Minggu ini. Nampak banyak pemuda-pemudi sudah terlihat rapi dan wangi sejak sore tadi. Dengan isi dompet ala kadarnya. Bersiap-siap meluncur ke tempat sang pujaan hati.

            Tapi. Syukurlah, Pukul 07 Malam hujan berbondong-bondong mampir ke bumi.

            Semua itu karena do’a kami semua.

            Do’a Para Jomblo.

            Sudah sedari Pagi, kami para Jomblo-wan dan Jomblo-wati di seluruh jagat raya sibuk dengan ritual setiap sabtu untuk berdo’a agar malam minggu bisa turun hujan. Menyiapkan kemenyan supaya ratu hujan kiranya sudi mampir ke bumi tercinta untuk membawa seluruh rakyat dan tentaranya memisahkan para manusia yang suka berbuat dosa. Pukul 05 sabtu pagi tadi tepatnya, di Sosial Media Twitter, kami para Jomblo sudah memviralkan Hashtag #DoaMalamMinggu. Kami sudah tahu bahwa isi do’a setiap malam minggu haruslah kompak yaitu : Do’a Minta Hujan.

            Banyak Jomblo-wan dan Jomblo-Wati mengirimkan Foto Selfie bersama dengan tebalnya asap kemenyan. Tentu saja dengan Hastagh #DoaMalamMinggu. Walau seringnya yang terlihat mereka tidak sendiri. Yah, mereka tidak sendiri, selalu saja ada teman mereka yang ikut berselfie di belakangnya. Misalnya pemuda berdua dengan wanita yang berambut di depan, memakai pakaian berwarna putih. Nampak tidak terlalu jelas, alias sedikit buram. Ada juga Jomblo-Wati yang berfoto bersama dengan pria gagah dengan rambut juga awut-awutan, dan muka yang seram.

            Kami semua tahu itu adalah Setan, yaitu Kuntilanak dan Juga Genderuwo. Tapi kami tidak perduli, kami menganggap mereka adalah salah satu dari tentara hujan yang siap mengusir para manusia pembuat dosa. Menyeramkan? Memang. Hanya saja, kami telah terbiasa. Karena Malam Minggu itu saja bagi kami memanglah malam yang sudah menyeramkan. Horror.

            Tak sampai disitu saja. Para insan yang berpacaran tak mau kalah oleh Hastagh #DoaMalamMinggu. Mereka juga membuat Hastagh untuk mempersatukan kelompok mereka, yaitu #SavePacarKita. Di dalam Hastagh itu banyak sekali kata-kata tak jelas misalnya : “q cynk ckl! Muach kmu yank. Q tuak bc idp tu4np4 qmu”. Dan segala tulisan huruf Romawi kuno lainnya. Gue benar-benar tidak sanggup untuk membaca semuanya. Sebelum membaca tulisan di dalam Hastagh tersebut, gue sudah menyiapkan 10 Kapsul obat sakit kepala untuk menenangkan pikiran.

            Peperangan di sosial media pun terjadi. Meskipun diujungnya hastagh kami kalah dengan peringkat kedua, sementara hastagh #SavePacarKita berada di peringkat pertama. Hasilnya, kami sebagai pemenangnya. Malam ini Hujan turun. Memang, suatu kemenangan tidak dinilai dari sebuah peringkat.

            Ketika gue sibuk membaca perang antar kedua suku di Twitter. Handphone gue berbunyi. Masuk sebuah pesan dari WhatsApp.

            [Uangnya sudah ditransfer, Boy..]     Rupanya Pesan dari Tika. Teman gue sedari kecil.

            Tika adalah Jomblo-wati paling ternama di sekolah gue. Ia menjadikan jomblo sebagai sebuah pekerjaan.

            Apakah kalian bingung bagaimana cara menjadikan Jomblo menjadi pekerjaan? Caranya ialah dia menjual jasa do’a. Tika membuka sebuah website dengan berisikan jasa untuk memanggil hujan. Ia percaya bahwa Do’a Jomblo itu sangatlah dijabah. Nama Websitenya adalah www.DoaJomblo.com. Banyak dari kampung-kampung di seluruh dunia yang memakai jasa untuk minta hujan. Dan Website ini juga menggunakan bahasa inggris. Tika ahli dalam bahasa inggris.

            Sebenarnya hastagh #DoaMalamMinggu juga dibuat oleh dia untuk memperkuat doa supaya hasilnya bisa lebih manjur. Tika selalu berupaya dalam membuat hastagh yang ia buat agar masuk Trending Topic. Hasilnya, setiap hari minggu hastagh tersebut selalu masuk 10 besar Trending Topic.

            Dalam grup jasa doa jomblo ini, Tika hanya mengajak Gue, Aini dan Deki. Tapi dengan syarat bahwa kami harus selalu Jomblo selama masih dalam grup itu. Lumayan, itung-itung buat menambah tabungan sekolah.

            Oh iya. Gue, Tika, Aini dan Deki adalah satu Kelas. Kelas 2 SMA.  Dan berada di ruang yang sama. Tidak ada yang tahu akan pekerjaan kami ini di sekolah selain kami berempat. Menjaga rahasia jasa ini juga merupakan salah satu peraturan yang harus ditaati. Sebagai sampingan, grup kami juga menjual Kemenyan Online untuk persiapan jika ada Jomblo yang berencana berdoa meminta hujan.

            Selain menjual Jasa, Hastagh #DoaMalamMinggu juga dijadikan sebagai ajang Motivasi kepada kaum Jomblo-wan dan Jomblo-Wati. Saling memperkuat dan meyakinkan bahwa Jomblo Juga Manusia, dan Berhak untuk bahagia.

            Jomblo itu istimewa… Karena ia selalu menjaga hati.. #MotivasiJomblo #DoaMalamMinggu itu kata salah satu tweet dari Netizen.

            [Boy.. Elu udah tidur?] WA dari Tika kembali muncul.
            [Udah Tik.. ini lagi mimpi..] Gue Ngejawab iseng.
            [Stok Kemenyan kita habis Boy. Besok kita harus ambil persediaan lagi..] Kembali Tika membalas.

            Gue terdiam sejenak membaca WA terakhirnya. Menggerakkan jari, terpaksa membalas [Iya..] Lantas bergegas mematikan Handphone.

            Hal inilah yang paling aku tidak sukai. ketika stok dari Kemenyan mulai mengering. Itu artinya kami harus kembali berburu Kemenyan di Hutan Mbah Peot. Seorang dukun yang terkenal pelit dan suka mengutuk. Konon katanya, siapa yang berani mengambil kemenyan miliknya itu, akan mendapat sial dan usahanya akan bangkrut. Bertolak belakang dari semuanya, Tika yang merupakan cucu kandung dari Mbak Peot, sama sekali tidak mempercayai akan hal itu.

***

            “Sepertinya kita harus menghentikan bisnis ini, Tika.” Aini berkata ketika kami berada di hutan. Setelah pulang sekolah dan beres mengganti pakaian, kami bergegas menuju pohon kemenyan, untuk diambil getahnya. Hawa hutan disitu begitu lembap dan gelap. Lebatnya dedaunan membuat sinar matahari tak sanggup untuk mendapatkan celah. Suara burung hantu sesekali terdengar, padahal ini sudah pukul 02 Siang.

            “Kau bilang apa?” Tika menghentikan langkah, berbalik arah ke hadapan Aini. “Kalau gue menghentikan bisnis ini, darimana gue bisa dapat duit? Elo mau membiayai sekolah gue?” Tika terlihat emosi.

            Tika memang membiayai sekolahnya sendiri. Bukan karena keluarganya tidak mampu, melainkan Tika tidak mau mendapatkan bantuan dari kedua orangtuanya. Keluarga Tika kaya raya, tapi karena kedua orangtuanya teramat sibuk, Tika langsung membenci keluarganya. Ia memutuskan untuk keluar dari rumahnya, dan mencari kontrakan. Sebenarnya kurang jelas tentang permasalahan keluarga Tika, ia selalu menutupi hal itu dengan kami semua.

            “Oh, atau elo mau keluar dari grup?” Lanjut Tika.

            “Tidak-Tidak Tika, gue bukan mau keluar dari Grup. Gue hanya tidak mau kita terlibat masalah karena mengambil getah kemenyan mbak Peot.” Aini menjawab. Wanita culun ini juga teman baik Tika.

            “Ayolah Aini, elo jangan terlalu penakut. Mana mungkin nenek Peot itu benar-benar bisa membuat hidup kita sial.” Deki ikut berkata. “Iya kan, Boy?” Mengangkat tangan ke bahu gue.

            “Erghhh…” Gue tergagu. “Gu..Guee sebenarnya setuju sama, Aini. Lebih baik kita fokus saja ke Do’a Jomblo. Tanpa menggunakan kemenyan ini.”

            “BOOYYYYY!!!” Tika Melotot, menyeramkan. “Pokoknya bisnis kemenyan tidak boleh berhenti. Ayo kita lanjutkan perjalanan. Lagi pula biar bagaimanapun Mbah peot itu adalah nenek Gue, mana mungkin dia pelit sama cucunya sendiri.” Tika kembali melanjutkan perjalanan.

            Tidak pelit? Astaga, sepertinya Tika mempunyai penyakit lupa ingatan akut. Bukankah dia tidak pernah mengabulkan permintaan cucunya yang satu ini. Seperti waktu Tika minta minum ketika berkunjung ke rumah neneknya tersebut, dan Neneknya hanya berkata “Hari gini masih minta, gak jaman kale...”  Gue selalu menggelengkan kepala tatkala mengingat hari itu, benar-benar nenek yang sayang cucu dan baik hatinya.

Dan Mbak Peot sendiri sebenarnya juga sudah dinyatakan gila oleh orang-orang disini. Hidupnya yang suka menyendiri di tengah hutan membuat tak ada yang berani untuk bersosialisasi dengannya.

Hutan itu adalah hutan milik mbah Peot. Kami tak tahu seberapa luas hutan ini, karena kamipun belum pernah mengelilingi seluruh penjuru hutan ini. Di dalam sana hanya ada satu pohon yang bisa diambil getahnya untuk dijadikan kemenyan. Getah yang telah mengering adalah yang kami cari.

Orkestra dari para jangkrik terus menemani perjalanan kami. Setelah beberapa menit menyusuri hutan, akhirnya kami sampai ke beberapa pohon kemenyan. Entahlah, kami tidak tahu nama sebenarnya dari pohon itu. Yang kami tahu hanyalah pohon tersebut adalah pohon kemenyan. Sedangkan kami tahu bahwa getah tersebut bisa dijadikan kemenyan adalah dari Tika, dan Tika pun tahu karena ia pernah melihat Mbahnya tengah komat-kamit menaburkan getah yang telah menjadi bubuk ke bara api.

            Selain terkenal akan karena gila, mbah peot juga terkenal karena ritual-ritual anehnya tersebut. Ia benar-benar manusia teraneh di kampung ini. Oh iya, kampung ini sebenarnya dekat dari kota, sementara kami semua tinggal di bagian kotanya.

Kami sengaja melewati pondok mbak Peot, supaya mbah Peot tidak tahu akan keberadaan kami.

Dari tadi jantung gue sudah gaduh nan heboh. Dilihat dari tampangnya, Aini dan Deki nampaknya juga merasakan hal yang sama. Meskipun Deki barusan berkata seolah santai, ekspresi wajahnya tak bisa menipu. Lihatlah, dia bahkan sudah memegang tangan gue, gemetaran.

“Elo Kenapa, Dek?”

“Eh. Enggak, gue …. Emm.. Tadi ada semut di tangan elo. Gue hanya mau ngusir..” Deki langsung berpura-pura membersihkan tangan gue. Gue menatap wajah dengan ekspresi seolah bertanya “Elo takutkan?” Deki berlagak berani, langsung berjalan paling depan. Mesti satu menit kemudian, ia sudah berada di belakang Tika.

Tinggal beberapa meter lagi kami sampai ke tempat Pohon kemenyan. Batang Pohonnya sudah mulai terlihat dari kejauhan. Pohon kemenyan tersebut diapit oleh rumpun bambu di sisi kiri dan kanannya. Menambah kesan aura mistis di sekitar sana. Sesekali kami mengayunkan tangan untuk membersihkan sarang laba-laba yang menganggu perjalanan.

Hanya tinggal beberapa langkah untuk sampai ke pohon. Getah-getah dari pohon sudah terlihat mengering di kulit bawahnya. Tika berjalan santai, kami berjalan dengan seluruh tubuh bergetaran. Suara burung hantu dari sini semakin terdengar kencang. Sesekali terdengar suara decitan yang menambah kesan seram. Walaupun kami tahu suara tersebut datangnya dari gesekan antar bambu, tetap saja, rasanya kami berada di tengah-tengah acara uji nyali.

“Kita sudah sampai.. Cepat ambil getah-getah nya.” Tika memerintah.

Gue menelan ludah. Bahkan, untuk mengambil getah yang hanya berjarak beberapa senti saja rasanya dibebani besi berkilo-kilo. Berat sekali.

“Deki, bukankah elo preman? Harusnya elo yang mengambil getah-getah itu..” Gue berkata pelan ke arah Deki. Deki hanya melotot, napasnya terengah-engah.

Sebenarnya getah-getah itu memang sudah dekat sekali. Sudah terlihat mengering dan bertumpuk-tumpuk. Kalau saja kami tidak takut, tidak butuh sepuluh detik, sudah ada sedikit yang bisa kami dapatkan.

Sekali lagi menelan ludah. Gue tidak mungkin menyuruh kedua cewek ini, dan Deki, dia orang paling keras kepala di kelompok ini. Tidak mungkin ia mau. Terpaksa, ini adalah beban gue. Tiba-tiba sekujur tubuh berhamburan bulir-bulir keringat. Gue mulai menggerakkan tangan, berusaha menggapai getah. Beberapa detik rasanya tangan gue seakan ada hembusan hawa aneh, terasa panas sekali. Dan saat tangan ini sudah menyentuh gumpalan getah tersebut, benar saja, sesosok tangan langsung menyentuh tangan gue.

“Apa yang kalian lakukan?” Suaranya meledakkan kotak ketakutan kami.

“Anjing!! Kambing!!! Sapi!!! Kerbau!!!” Deki Reflek berteriak.

“Monyettt!!!!!” Aini yang culun itu malah berteriak lebih kencang.

Gue terperanjat bukan kepalang. Rupanya sosok tangan tersebut adalah tangan dari mbah Peot. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba ia sudah ada disini.

            Wajah berkerut Mbah peot benar-benar semakin seram, matanya seakan menyala di kegelapan, rambut putih terurainya menambah horror wajah tua itu, “Anak-Anak kurang ngajar. Berani-beraninya kalian mengatai saya monyet. Kalian benar-benar harus dikasih pelajaran.” Mbah Peot mengangkat tangannya yang memegang tongkat, hendak diayunkan ke arah kami.

            “KABURRR….!!” Deki kembali berteriak. Tanpa dua kali Deki berteriak seperti itu kami sudah macam petir, berlari secepat mungkin. Berkali-kali Aini terjerambab menghantam pohon, menumbuhkan 5 benjolan di keningnya, nampak terlihat tatkala kami sudah keluar dari hutan wilayahnya mbah peot. Kembali ke desa.


(Bersambung...) 
Silahkan komen jika ingin tahu kelanjutannya :)    

Komentar

Postingan populer dari blog ini